Nuri dan Cahaya Lilin

Dulu, Kami harus menghabiskan waktu lumayan lama untuk bertengkar dan berdiskusi terlebih dahulu sebelum akhirnya tercapai kata sepakat ihwal Nama untuk Anak Perempuan kami. Saya bersikukuh, apapun nama yang dipilih nantinya, yang jelas nama tersebut harus disusun berdasarkan dua unsur alam ini: Air dan Cahaya.
Saya memang terobsesi dengan kedua unsur tersebut. Air, bagi saya, adalah unsur yang hidup dan menghidupi, sehingga, ia selalu dipakai sebagai perlambang Kehidupan. Sedangkan Cahaya, sebagai lawan dari Kegelapan, sering diidentifikasikan sebagai Sebuah petunjuk atau Tanda Kebenaran.
Berpijak dari dasar itu, saya pun mengusulkan nama Nurindraduhita sebagai nama Putri kami. Nama Nurindraduhita sendiri berasal dari kata Nur yang bermakna cahaya, dan Duhita yang berarti Putri. Sedangkan nama Panggilannya? Tak jauh-jauh juga dari istilah Cahaya, yaitu Nuri, yang bermakna Cahayaku.
Istri saya, entah dengan pertimbangan apa, kemudian mengusulkan nama Keshwari. Nama ini, dengan segala rupa Plesetannya seperti Engkesh, Kesh, atau Keshi, pada akhirnya dipakai juga oleh teman-teman sekantor untuk memanggil Si Jabang Bayi, dan, terkadang pula, untuk memanggil saya, Papa Keshi. Cih!
Meskipun kami berbeda pendapat perihal penggunaan unsur Cahaya untuk Nama putri kami hingga muncul dua kosakata Nurindraduhita dan Keshwari yang harus diakomodir secara bersamaan, untungnya, dengan proses diskusi yang cukup singkat, pada akhirnya, kami bisa seiya sekata untuk memakai unsur Air sebagai salah satu kata yang membentuk nama bayi Perempuan yang saat itu masih berada dalam buaian istri Saya.
Setelah sibuk membuka-buka buku dan bertanya kepada beberapa orang, Kami berdua akhirnya sepakat untuk menggunakan kata Marin, yang artinya Laut. Laut adalah Istilah sederhana untuk menyebut sekelompok besar air yang terkumpul dan menyatu pada waktu dan lokasi tertentu. Kebetulan pula, kata Marin sendiri juga mewakili suku kata awal dari nama saya dan istri saya, (Ma)syhari dan (Rin)a.
Mungkin, karena nama yang disandangnya itu, Nuri selalu menunjukkan antusiasme yang tinggi setiap kali berinteraksi dengan Air. Sewaktu baru lahir sampai dengan Sekarang pun, tak pernah satu kalipun ia merengek atau menangis ketika dimandikan oleh ibuk atau Mbah Putrinya. Ia begitu bahagia ketika badan mungilnya dicelupkan ke dalam bak warna merah muda yang sering ia gunakan untuk mandi. Kadang ia tertawa sambil memperlihatkan gusinya yang masih gundul itu, atau, tak jarang pula ia berteriak riang sambil mencakar-cakar tangan Ibuk atau Mbak Putri yang tengah memandikannya.
Kemaren juga, ketika Istri saya membelikan Kue ulang tahun dengan lilin-lilin kecil yang menyala di atasnya, Nuri begitu asik memandangi kerlip cahaya api itu sampai matanya tidak mau berkedip sedetikpun. Bahkan, saking asiknya, nuri tidak mengindahkan panggilan saya, meskipun saat itu ia sedang duduk di atas pangkuan Bapaknya ini. Yah, Apa boleh buat, Cahaya dari nyala lilin ternyata memang lebih menarik perhatiannya.
Dari hal kecil itu, Saya kemudian bisa menyadari kenapa setiap kali diajak jalan-jalan Nuri selalu memberikan perhatian lebih kepada cahaya lampu yang dilihatnya. Ya, Nuri begitu menyukai Cahaya, seperti namanya, Nur.

Saya jadi berfikir, melihat Nuri yang begitu asik dengan Lilin Ulang Tahun itu, bisa saja saat itu Nuri tengah bergumam dalam hati nya, "Bapak Kenapa Tidak Ulang Tahun setiap hari saja sih? Supaya Nuri Bisa terus menerus melihat Cahaya dari Nyala lilin di atas Kue Bapak."

Ealah, Nduk!

Berlangganan update artikel terbaru via email:

1 Response to "Nuri dan Cahaya Lilin"

  1. Masdan yang baik,

    Sungguh saya menikmati tulisan2mu terlebih tentang (Almh.) putrimu, Nuri. Akupun memiliki seorang putri sekarang ini. Membaca lagi ini dengan pengetahuan bahwa malaikat kecilmu (Insya Allah) sudah berada dalam Jannah, membuatku juga ikut perih sebagai seorang Bapak. Tapi apapun itu, tidak ada yang bisa aku katakan kecuali tabahlah kawan. Semoga Nuri dapat menjadi apa yang dijanjikan agama kita tentang seorang bayi yang dipanggil lebih dahulu ketimbang orangtuanya: menjadi penghalang bagi kedua orangtuanya untuk dijilat api neraka. Amiin.

    Semoga proses nan berat ini menjadikanmu dan istri semakin dewasa. Dan aku doakan kamu segera mendapatkan buah hati lagi. Amiin, Allahumma Amiin...

    Teluslah menulis, Mas. Aku salah satu penikmat.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel