Gothakan Kami

 Gothakan atau Kamar Pondok ini, boleh saya bilang adalah Gothakan di Lirboyo yang memiliki letak paling strategis karena berada di Serambi Masjid, tepat di samping kanan Gapura lama. Kalau mau Sembahyang sendiri atau berjama'ah di dalam cungkup masjid, tinggal keluar kamar lalu berjalan ke kanan sekitar 10 meter ke arah Blumbangan buat mengambil wudlu, setelah itu bisa langsung masuk ke dalam masjid lewat pintu sodetan yang berada di sebelah kanan bedhug.


Atau, kalau ada Jadwal Ngaji dengan Yai Idris Marzuqi, tinggal jalan kaki kedepan sekitar 15 meteran lalu belok ke kanan melewati jalan samping kiri Masjid dan Area Pesarean menuju samping Rumah Lama Mbah Yai Idris. Di sana sudah disediakan Ruangan khusus buat Para santri untuk mendengarkan pengajian sambil maknani Kitab kuning yang sedang dibahas. Dari dalam bilik rumah yang berada di depan Ruangan khusus itu, Mbah Yai Idris kemudian menyampaikan paparannya dengan cara khas Pondok Salaf (bukan Salafi). Yaitu dengan mengkaji satu persatu makna dari masing-masing kata, setelah itu baru diurai penjelasan yang lebih mendalam tentang Konteks per Kalimat, paragraf atau Bab. Metode ini tentunya sangat memudahkan para santri untuk lebih mengasah ilmu Nahwu dan Sharaf yang sudah dipelajarinya. 

Dulu, sewaktu Nyantri di Lirboyo, saya tinggal di Gothakan ini bersama Zadit, Aa' dan Mas Uung. Diantara kami berempat, mas Uung adalah santri paling senior. Saya dan Zadit seumuran. Sedangkan Aa' berumur paling muda. Mas Uung, Aa' dan Zadit berasal dari Jombang. Mereka adalah Saudara saya dari jalur Ibu. Sekarang, setelah lulus dari Lirboyo, ketiganya sudah mapan menjadi Kiai di ponpes keluarganya masing-masing. Meneruskan jejak langkah abah nya. 

Yang menarik dari Gothakan kami adalah Kunci Pintunya. Karena sudah saking lamanya, sistem kunci pintu Gothakan kami rusak. Lobang kuncinya lepas dan tidak bisa dipakai lagi. Uniknya, gagang pintunya masih berfungsi dengan baik. Pintunya masih bisa dibuka-tutup dengan lancar, namun, tidak bisa dikunci dari dalam ataupun dari luar. Jelas saja kami agak was-was, takut terjadi apa-apa dengan barang-barang kami yang sebenarnya tidak ada yang terlalu berharga. 

Didorong oleh rasa takut itu, entah bagaimana caranya, mas Uung kemudian berhasil menemukan cara khusus untuk mengamankan Gothakan Kami. Dengan sedikit Trik dan Berbekal gagang sendok yang biasa buat makan, Mas Uung berhasil membuka atau mengunci pintu Gothakan itu. Dengan senang hati, mas Uung kemudian mengajari kami trik sulapnya. Tak perlu waktu lama, saya, Zadit dan Aa' langsung berhasil membuka dan mengunci pintu Gothakan kami dengan lancar. Supaya kami tidak membawa sendok makan kemana-mana, kami bersepakat untuk menaruh Kunci Spesial kami di Atas lemari yang ada di depan kamar. 

Dan, masalah kami pun terselesaikan.

***

Untuk KH. Idris Marzuqi dan Semua Guru-Guru kami yang sudah Wafat, Lahumul Fatihah!


*sambang Pondok

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Gothakan Kami"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel