Kamar Bedhug

Bisa dibilang, Gothakan atau kamar yang saya tempati di Lirboyo adalah salah satu Gothakan paling elit dan paling nyaman karena memang disediakan secara khusus untuk Dzurriyat Pondok. Tapi, alih-alih tidur di Gothakan itu, selama Nyantri di Lirboyo saya lebih sering tidur di Bawah Kolong Bedug dan Kentongan yang ada di Serambi Kanan Masjid. 


Tidak seperti Gus Miek yang melakukan hal serupa lantaran laku Riyadhah nya yang unik, saya sendiri tidak memiliki alasan khusus untuk itu. Hanya rasa tenang dan nyaman yang membuat saya mau meninggalkan kehangatan Gothakan demi memenuhi keinginan saya untuk tidur beralas ubin dan beratap Bedug maupun Kentongan.



Biasanya, setiap kali selesai Mengaji, saya bergegas kembali ke Gothakan untuk menaruh alat tulis yang biasa saya gunakan untuk mencatat pelajaran, dan setelah itu langsung pergi ke Tempat Favorit saya, Kolong Bedug. Di sana, sambil senderan di tiang bedug, saya kembali melakukan Muthala'ah Kitab yang baru saja saya Pelajari, atau, kalau sedang beruntung menemukan bacaan menarik dari As Salam, saya akan membolak-balik buku itu sampai bosan.


Apabila mata saya sudah terlalu berat untuk diajak membaca, saya akan langsung rebahan di kolong bedug sampai tertidur pulas dan biasanya baru bangun ketika bedug subuh mulai ditabuh bertalu-talu. 


Bedug sendiri merupakan alat penanda Waktu Shalat yang biasa ditabuh setelah kentongan selesai dibunyikan. Suara Kentongan yang berbunyi "Tong Tong Tong Tong" merupakan penanda kepada para jama'ah bahwa Masjidnya "Isih Kothong" alias masih Kosong. Sedangkan suara Bedug yang berbunyi "Deng Deng Deng Deng" merupakan penanda bahwa Masjidnya "Isih Sedeng Isih Sedeng" alias Masih Muat untuk menampung para Jama'ah Shalat. 


Di Lirboyo, Bedug dan Kentongan bisa bersanding dengan mesra. Keduanya seperti sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan. Karna itu, setiap kali masuk waktu Shalat, kita akan mendengar bunyi "Tong Tong Tong Tong" dan setelah itu langsung diikuti bunyi "Deng Deng Deng" dengan sangat nyaring. Jauh berbeda dengan kondisi di Tebuireng. Di ponpes nya Hadratusy Syech Hasyim Asy'ari itu, hanya bedug yang diperbolehkan, sedangkan Kentongan dilarang.


Persoalan mengenai Bedug dan Kentongan ini pernah menjadi polemik yang cukup hangat antara Kyai Hasyim Asyari dengan Kyai Faqih Maskumambang Gresik. Keduanya bisa dikatakan sebaya dan sama-sama Pernah menuntut Ilmu di bawah bimbingan Syaikhuna Kholil Bangkalan. Meskipun demikian, dalam konteks Bedug dan Kentongan ini, keduanya memiliki pandangan yang berbeda. 


Kyai Hasyim yang sangat ahli dalam bidang Ulumul Hadist tersebut beranggapan bahwa Penggunaan Kentongan untuk menandakan waktu Sembahyang tidak diperbolehkan. Argumen yang diajukan untuk mendukung pandangan beliau juga sangat kuat. Sedangkan Kyai Faqih yang tidak kalah 'alim nya itu berpendapat sebaliknya. Penggunaan Kentongan boleh-boleh saja, karena hukumnya bisa diqiyaskan dengan hukum penggunaan Bedug. 


Meskipun keduanya memiliki pemahaman yang berbeda, ukhuwwah diantara Kyai Hasyim dan Kyai Faqih tetap terjaga keharmonisannya. Pernah ketika Kyai Hasyim mendapat Undangan untuk mengisi Acara di Gresik, Kyai Faqih langsung memberikan arahan kepada segenap pengurus Masjid dan Langgar (Mushalla) di wilayah Gresik dan sekitarnya untuk Menurunkan Kentongannya selama Kyai Hasyim berada di Gresik. Hal ini semata-mata dilakukan untuk menghormati Pandangan Kyai Hasyim itu, meskipun pandangannya tersebut berlainan. 


Sebaliknya, Kyai Hasyim sempat menyatakan kepada segenap takmir Masjid di Jombang bahwa diantara Pendapat Beliau dan Pendapat Kyai Faqih, bisa dipilih dan digunakan salah satunya. Dipersilahkan untuk menggunakan Kentongan karena mengikuti Pendapat Kyai Faqih, atau sebaliknya, hanya menggunakan bedug karena mengikuti pendapat Kyai Hasyim. Akan tetapi, masih menurut Kyai Hasyim, khusus untuk Masjid Tebuireng, selamanya tidak diperbolehkan untuk menggunakan Kentongan.


Yang menarik dari Polemik mengenai Kentongan-Bedug antara Kyai Hasyim dan Kyai Faqih di atas adalah, bahwa Ketika Perbedaan Pendapat dilandasi dengan Akhlak dan Penguasaan yang kuat terhadap Ilmu Pengetahuan, maka Ukhuwwah akan tetap Terjaga. Begitupun sebaliknya, ketika Perbedaan Pendapat tidak dilandasi dengan akhlak dan penguasaan akan ilmu pengetahuan, maka .... silahkan anda simpulkan sendiri. Wallahu a'lam


Ah, jadi Kangen Kamar Bedug Lirboyo lagi.


*Sambang Pondok

Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Kamar Bedhug"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel